Senin, 29 Oktober 2012

Mola Hydatidosa

By : Y. Priska

Mola hydatidosa (atau mola hydatidiforma) adalah suatu penyakit pproliferasi trophoblastic. Mola dapat meniru Kehamilan. Kehamilan adalah membawa satu atau lebih embrio atau fetus oleh mamalia bbetina termasuk manusia di dalam badan mereka. Pada suatu kehamilan dapat terjani kehamilan ganda. Kehamilan Manusia adalah yang paling banyak dipelajari dari semua kehamilan pada mamalia. 
Kehamilan Manusia berlangsung kira-kira 40 minggu antara kelahiran dan siklus haid yang terakhir (38 minggu dari fertilisasi) menyebabkan manusia tinggi human gonadotropin chorionic (hCG) yang merupakan suatu peptide hormon yang diproduksi pada kehamilan. hCG dibuat oleh embrio segera setelah konsepsi dan kemudiannya oleh trophoblast (bagian dari plasenta). Fungasinya adalah untuk mencegah disintegrasi corpus luteum pada ovarium dan dengan demikian memelihara produksi progesterone yang penting untuk suatu kehamilan. hCG mungkin punya fungsi tambahan, sebagai contoh dipikirkan bahwa itu mempengaruhi toleransi imunologis pada kehamilan. Awal pengujian kehamilan biasanya didasarkan pada pengukuran atau pendeteksian tingkat hCG.
Oleh karena itu mola memberi positif palsu.
Pengukuran hCG 
Semua test yang sekarang tersedia untuk test adanya kehamilan mencari kehadiran beta hCG di dalam darah atau urin. Mereka pada umumnya dilakukan setelah haid terlambat atau 2-3 minggu setelah ovulation.
Penyebab
Penyebab mola tidak sepenuhnya dipahami. Penyebab potensial meliputi cacat pada sel telur, kelainan di dalam kandungan, atau defisiensi gizi. Wanita-Wanita dengan usia di bawah 20 atau di atas 40 tahun memunyai resiko lebih tinggi. Faktor resiko lainnya meliputi diet rendah protein, asam folic, dan carotene.
Diagnosa
· sekret vagina & pendarahan
· ukuran kandungan lebih besar dari yang diharapkan untuk waktu gestational
· hyperemesis
· tingkat beta-HCG tinggi
Gejala
· Perdarahan pervagina pada kehamilan
· Mual muntah yang cukup parah sehingga memerlukan opname dalam 10% kasus
· Suatu pertumbuhan abnormal dalam ukuran uterus bberkaitan dengan umur kehamilan. Ada pertumbuhan berlebihan dalam kira-kira 1/2 kasus dan pertumbuhan lebih kecil dibanding yang diharapkan di (dalam) kira-kira 1/3 kasus.
· Gejala hyperthyroidism meliputi :
o Denyut Jantung cepat. Tachycardia adalah suatu denyut jantung yang cepat yang dikatakan bahwa denyut jantung istirahat di atas 100 denyut per menit.
o Gelisah
o Ketidak toleranan terhadap Panas
o Kehilangan Berat badan yang tak dapat diterangkan
o Tangan bergetar (tremor)
o Kulit yang lebih hangat dan lebih lembab dibanding biasanya.
· Gejala yang menyerupai preeclampsia yang terjadi pada trimester pertama atau awal trimester kedua. Hal Ini adalah diagnostik awal untuk suatu Mola hydatidiform, sebab preeclampsia sangat jarang pada awal kehamilan normal.
· Tekanan darah tinggi
· Bengkak di kaki, mata kaki, tungkai
· Proteinuria
Jenis
Mola hydatidosa terdapat dua jenis: lengkap atau parsial. Suatu mola ditandai oleh suatu Hyperplasia trophoblastic terkait plasenta.
Hyperplasia (Atau " hypergenesis") yang merupakan suatu istilah umum untuk suatu peningkatan abnormal dalam jumlah sel dari suatu organ atau jaringan yang menyebabkan meningkatnya ukuran.
Trophoblast (Yn Threphein: memberi makan) dianggap sebagai adnexa yang pertama dari janin. Ia mengeluarkan hCG dalam rangka memelihara progesterone dan mendukung kehamilan.
Patologi
Pada mola yang lengkap, penampilan anatominya seperti seikat buah anggur. DNAnya semata-mata berasal dari pihak ayah. Kurang dari 1% kasus berkembang menjadichoriocarcinoma.
Choriocarcinoma adalah suatu kanker yang agresif dan ganas dari plasenta. Ditandai oleh penyebaran hematogenous awal ke paru-paru.
Etiology/Epidemiology
· Mola hydatidosa (50% dari kasus)
· Aborsi pada kehamilan ectopic (20% dari kasus)
· Kehamilan normal (20-30% dari kasus)
Gejala dan Pemeriksaan Lab
· peningkatan kadar β-hCG
· pendarahan vaginal
· Pada pemeriksaan mikroskopi, ada proliferasi trophoblastic tanpa adanya villi hydropic. Pada mola parsial dapat ditemukan bagian-bagian dari fetus.
Penatalaksanaan
Mola hydatidiform merespon dengan baik dengan pemberian methotrexate. Methotrexate (MTX) dahulu dikenal sebagai amethopterin adalah suatu obat antimetabolite yang digunakan pada pengobatan kanker dan penyakit autoimmune. MTX bekerja dengan menghambat metabolisme asam folat.
Penggunaan
Methotrexate mula-mula digunakan, sebagai bagian dari kombinasi rejimen chemotherapi, untuk pengobatan berbagai jenis kanker. MTX masih digunakan sebagai obat utama gangguan neoplastik termasuk leukemia limfoblastik akut

Minggu, 28 Oktober 2012

Kehamilan Ektopik


By : Tif'atul


 Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai kehamilan di luar kandungan merupakan suatu kondisi kehamilan dimana sel telur yang sudah dibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim ibu, namun melekat ada tempat yang lain atau berbeda yaitu di tempat yang dikenal dengan nama tuba falopi atau saluran telur, di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur. Atau dengan kata lain, kehamilan ektopik meruapakan suatu kondisi dimana sel telur yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat selain tempat seharunya, yaitu uterus. Jika sel telur yang telah dibuahi menempel pada saluran telur, hal ini akan menyebabkan bengkaknya atau pecahnya  
sel telur akibat pertumbuhan embrio.
Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini sangat berbahaya dan mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam rongga abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin memiliki kemungkinan yang sangat kecul untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bisa bertahan hingga masa persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara caesar, maka ada harapan serta kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai hal, dan yang paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran falopi (tuba falopi -  fallopian tube). Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi:
  • Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
  • Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
  • Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan
  • Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
  • Memiliki riwayat Penyakit Menular intimual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)
Gejala Kehamilan Ektopik
Pada saat usia kehamilan mencapai usia 6-10 minggu, biasa ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan mengalami gejala:
  • Ibu hamil mengalami rasa sakit pada daerah panggul salah satu sisinya dan biasanya terjadi dengan tiba-tiba
  • Mengalami kondisi perdarahan alat kelamin di luar jadwal menstruasi atau menstruasi yang tidak biasa
  • Mengalami rasa nyeri yang sangat pada daerah perut bagian bawah
  • Ibu hamil mengalami pingsan
Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik
  • Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering
  • Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat
  • Adanya tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Terjadinya denyut nadi yang meningkat
Diagnosa
Kehamilan ektopik biasanya sangat sulit di diagnosa oleh dokter, karena gejala dan tanda kehamilan ektopik juga biasanya terjadi pada kehamilan normal. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kehamilan ektopik, yaitu dengan cara:
  • Menggunakan USG (ultrasonography). Melalui usg dokter dapat mendeteksi kehamilan ektopik karena tuba falopi terdetek mengalami kerusakan dan terjadinya perdarahan atau terdeteksi di luar uterus terdapat embrio
  • Melalui pengukuran terhadap kadar HCG (human chrionic gonadotopin - hormon kehamilan). Ibu hamil yang mengalami ektopik biasanya kadar hcg nya tidak mengalami peningkatan
  • Dilakukannya pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut (laparoskopi)
Pengobatan
Dokter akan selalu membatalkan kondisi kehamilan ektopik dengan cara pemberian obat-obatan untuk menahan perkembangan embrio. Efek jangka panjang akan dapat terhindarkan jika, kehamilan ektopik dapat terdekteksi sejak dini. jika kehamilan ektopik telah terdektesi sejak dini, hal ini dapat ditangani dengan pemberian obat suntik agar dapat diserap oleh tubuh ibu hamil, hal ini dapat menyebabkan kondisi tuba falopi masih dalam keadaan utuh. Jika kondisi serius, seperti jika tuba falopi telah mengembang, maka dokter akan melakukan operasi.

Sabtu, 27 Oktober 2012

by.tri megawati

Placenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus dan pada talipusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.   

KLASIFIKASI

Klasifikasi plasenta previa adalah :
1. Plasenta previa totalis : Ostium uteri interna tertutup sempurna oleh plasenta
2. Plasenta previa parsial : Ostium uteri interna tertutup sebagian oleh plasenta
3. Plasenta previa marginal : Tepi plasenta berada pada margin ostium uteri interna
4. Plasenta letak rendah : plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim dimana tepi plasenta tidak mencapai ostium uteri interna, tetapi berdekatan dengan ostium tersebut.
Ciri-ciri plasenta previa :
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
11. Presentasi mungkin abnormal
Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan:
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar:
Inspeksi (penglihatan):
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan sebagainya
- Kalau telah bwrdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijumpai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.


Jumat, 26 Oktober 2012




SOLUSIO PLACENTA

A.    DEFINISI
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
B.     PENYEBAB
Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio plasenta :
1.    Penyakit hipertensi menahun
2.    Tindakan kebidanan
3.    Tali pusat yang pendek
4.    Hamil pada usia tua
5.    Pre-eklampsi atau eklampsia
6.    Tekanan vena kava inferior yang tinggi

C.    GAMBARAN KLINIK
1.    Perdarahan pervaginam
2.    Nyeri abdomen. Kadang disertai punggung
3.    Uterus tegang/kaku
4.    Syok hipovolemik
5.    Oliguria

D.    KLASIFIKASI
a. Ringan : perdarahan kurang dari 100 – 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang dari 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg%.
b. Sedang : perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120 – 150 mg%.
c. Berat : uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, biasanya janin telah mati, pelepasan plasenta dapat terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.

E.     DIAGNOSIS
1.      Anamnesa
a)        Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
b)        Terjadi spontan atau karena trauma
c)        Perut terasa nyeri
d)       Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
2.      Pemeriksaan
a)      Pemeriksaan fisik umum
Ø  Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
Ø  Tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat
Ø  Penderita tampak anemis
b)      Pemeriksaan khusus
Ø  Perut tegang terus menerus
Ø  Terasa nyeri saat dipalpasi
Ø  Bagian janin sukar ditemukan
Ø   Denyut jantung janin bervariasi dan asfiksia ringan sampai berat
Ø  Terdapat pembukaan
Ø  Ketuban tegang dan menonjol
3.      Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan penunjang, dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahn antara plasenta dan dinding abdomen

F.     PENANGANAN
1.      Solusio placenta ringan
a.       Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak
b.      Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif
c.       Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang
d.      masih baik dilakukan SC
e.       Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan premature dilakukan perawatan inap.

2.      Solusio placenta sedang dan berat
a.       Pemasangan infuse dan transfusi darah
b.      Memecahkan ketuban
c.       Induksi persalinan atau dilakukan SC

G.    KOMPLIKASI
1.    Penyulit pada ibu
a)      Perdarahan
b)      Gangguan pembekuan darah
c)      Oliguria
d)     Perdarahan post partum
2.    Penyulit pada janin
Perdarahan yang terimbun di belakang plasenta menganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian dalam rahim.

oleh: Marianah (klp 7 )

Kamis, 25 Oktober 2012

Hiperemesis Gravidarum


 


by : Pina Eka Setiyawati
    

Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal : 112)

Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
1.      Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
2.      Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3.      Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.