Selasa, 04 Desember 2012


ASMA DALAM KEHAMILAN

BY. Tri megawati

A. ETIOLOGI

          Asma ditandai dengan kembalinya sumbatan saluran pernapasan dari kontraksi otot saluran pernapasan, lendir dan pembengkakan pada saluran pernapasan tersebut.  Peradangan sumbatan saluran pernapasan dan kepekaan terhadap beberapa rangsangan seperti bahan-bahan iritasi, infeksi virus, udara dingin, dan obat-obatan. Gambaran klinis asma bervariasi dari yang ringan suara “bengek” sampai dengan yang berat hingga gagal napas dan kematian karena kekurangan oksigen. Meskipun  perubahan fungsi paru secara umum dapat kembali seperti semula dan ditoleransi secara baik pada wanita yang tidak hamil, stadium awal asma memiliki risiko yang besar terhadap kehamilan dan janinnya.

B. DAMPAK ASMA DALAM KEHAMILAN

         Serangan asma memiliki dampak negatif pada  kehamilan. Adanya asma akan meningkatkan persalinan prematur, bayi lahir dengan berat bayi rendah, kematian perinatal dan pre-eklampsia (kenaikan tekanan darah saat kehamilan). Wanita hamil dengan asma tidak harus menghentikan pengobatan kecuali atas saran dokter. Asma menyerang selama kehamilan biasanya paling buruk pada minggu ke 24-36. Jarang terjadi serangan selama proses persalinan dan akan kembali “normal” dalam 3 bulan setelah persalinan. Tidak ada bukti bahwa kehamilan merupakan faktor yang mendasari terjadinya asma. Wanita yang di awal kehamilannya memiliki asma berat akan memiliki pengalaman yang lebih berat dari asma itu sendiri daripada yang memiliki asma ringan saat kehamilannya.

C. PENGOBATAN


  1. Jika lebih dari satu professional kesehatan yang terlibat selama masa kehamilan Anda, pastikan mereka dapat berkomunikasi satu dengan yang lain guna pengobatan terbaik. Pilihlah dokter kandungan yang pernah bergabung di yayasan asma atau sudah terbiasa mengobati wanita hamil penderita asma. 
  2. Terus awasi paru-paru Anda selama masa kehamilan guna memastikan janin Anda mendapatkan oksigen yang cukup. Karena keparahan asma dapat berubah sekitar 2/3 selama masa kehamilan, Anda harus memeriksa kandungan setiap bulannya guna memantau gejala dan fungsi paru-paru. Biasanya dokter akan menggunakan Spirometri atau Peak Flow Meter untuk mengukur fungsi paru-paru Anda.  
  3.  Lakukan pantauan terhadap pergerakan janin secara teratur setelah minggu ke-28,   Pertimbangkan untuk melakukan USG setelah minggu ke-32 kehamilan guna memantau pertumbuhan janin jika asma Anda tidak dikontrol dengan baik. USG juga dapat membantu dokter Anda memeriksa janin setelah serangan asma.
  4. Cobalah untuk menghindari segala bentuk pemicu asma, seperti asap rokok, atau debu, sehingga Anda dapat mengonsumsi lebih sedikit obat. Kebanyakan wanita memiliki gejala penyumbatan pada hidung yang berhubungan dengan serangan asma. Tak hanya itu Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang sering terjadi saat kehamilan, juga dapat menyebabkan gejala asma.
  5. Segera berikan tubuh Anda vaksinasi flu, baik dalam trimeseter satu, dua ataupn ketiga. Vaksinasi flu efektif selama satu musim. Vaksin ini juga aman bagi kehamilan dan disarankan bagi seluruh wanita hamil. Penggunaan obat-obat asma biasanya sama dengan sebelum Anda hamil. Bila dokter memberikan obat pasti sudah dengan pertimbangan yang matang, dengan mempertimbangkan dampak obat terhadap janin, kehamilan termasuk proses persalinan dan menyusui. 
  6.  Informasikan kepada dokter kandungan Anda bahwa Anda memiliki asma. Kerjasama yang baik antara Anda dan dokter dalam merencanakan manajemen asma akan sangat membantu. Anda mungkin akan menemukan bahwa tanda-tanda asma telah berubah atau sensitivitas terhadap pemicu terjadinya asma juga berbeda. Ceritakan kepada dokter obat yang Andaminum dan tidak hanya obat-obat asma saja.   


Tidak ada komentar: